Selasa, 05 April 2011


Soal-soal LKS SMK tahun 2011, silakan DOWNLOAD di sini


RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
Sepuluh Alasan Utama SBI Harus Dihentikan, klik di sini. Apa saja tentang RSBI termasuk peraturan-peraturannya, silakan anda buka tombol di bawah ini. Selamat membaca.

Assalamualaikum Wr.Wb. Silakan anda klik kotak warna-warna sesuai judul yang anda ingin baca. Setelah selesai membacanya, mohon ditutup kembali dengan cara meng-klik tulisan TUTUP LAGI. O iya hampir lupa, meng-kliknya cukup klik 1 kali saja ya. Terimakasih dan Wassalamualaikum Wr.Wb.


8 standar nasional pendidikan




Pengertian RSBI




Target Pengembangan SBI


Panlak Bantuan Pengemb SMK RSBI





Langkah2 Penyusunan Kurikulum


MAAF< ANDA BELUM BERUNTUNG


................(isikan di sini)


SEKOLAH TERBAIK DI DUNIA
Sekolah Terbaik Di Dunia, bukanlah sekolah-sekolah Internasional.
Bukan terdapat di kota-kota besar, negara-negara adikuasa, bukan pula sekolah-sekolah kepribadian.
  • Sekolah Terbaik Di Dunia, tidak terfasilitasi gedung-gedung bertembokkan beton, kayu, atau bambu. Tidak teratapi genting, asbes maupun ranting.
  • Sekolah Terbaik Di Dunia, tidak hanya bermuridkan anak-anak kecil, orang muda hingga orang-orang tua. Bukan juga orang-orang yang dianggap jenius, pintar dan kreatif.
  • Sekolah Terbaik Di Dunia, bukanlah tempat orang-orang yang menang sendiri, kurang jujur dan tinggi hati.
  • Sekolah Terbaik Di Dunia, tak terbatas atap tak terbatas mata. Sekolah Terbaik Di Dunia, tidak hanya mengajarkan Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi, Sains, Bahasa, dll semata.
  • Sekolah Terbaik Di Dunia, memiliki jutaan, triliyunan bahkan tak terhingga jumlah cabang ilmu mata pelajaran yang ia ajarkan.
  • Sekolah Terbaik Di Dunia, tidak ditemukan dan dipelajari oleh orang-orang yang tertutup mata hatinya.
  • Sekolah Terbaik Di Dunia, tidak membatasi usia, bahkan bisa mengajarkan ilmu pada bayi ketika masih dalam rahim ibunya, atau kepada orang lanjut usia yang sudah tuli, buta dan cacat jasmaninya.
  • Sekolah Terbaik Di Dunia, terdapat pada apapun yang tersirat dan tersurat, tak dibatasi area maupun wilayah. Karena Sekolah Terbaik Di Dunia, merupakan alam semesta, langit dan bumi serta apa yang terdapat didalamnya. Sekolah-sekolah negeri, swasta, kampus-kampus sederhana hingga kampus mewah, di desa di kota, bangku-bangku, meja merupakan secuil ilmu yang di ajarkan alam semesta.
  • Sekolah Terbaik Di Dunia, merupakan alam semesta karena disanalah tempat ayat-ayat Kauniyah Allah bertebaran hingga akhir hayat akhir masa. Selamat bersekolah di Sekolah Terbaik Di Dunia, semoga ilmu yang kita dapatkan bermanfaat di dunia dan di akhirat.
Sumber: http://deeanforindonesia.blogspot.com/2010/09/sekolah-terbaik-kehidupan.html

SEKOLAH TERBAIK DI DUNIA-2
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa di Thailand sebagai negara penghasil perkebunankelapa nomor satu di dunia, ternyata banyak memperkerjakan para monyet sebagai tenaga kerja mereka. Para monyet itu dididik di sekolah akademi monyet milik Khuru Samporn atau yang lebih terkenal sebagai Samporn Monkey Training College yang didirikan pada tahun 1957 di District Kancha-Nadit, Provinsi Surat Thani.
Thailand sebagai negara penghasil perkebunan kelapa ini tidak hanya sebagai akademi pelatihan monyet saja, tetapi telah meningkat menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi oleh turis mancanegara. Bahkan tak jarang dari mereka yang datang adalah para pendidik yang khusus ingin melihat langsung dan mempelajari metode pendidikan di sana.

Para turis asing yang mau belajar dari sekolah para monyet benar-benar memiliki kebesaran hati yang tiada terkira, karena banyak dari mereka yang datang ternyata memiliki profesi sebagai pendidik atau pengambil kebijakan di negara asalnya.

Apa yang menarik dari sekolah ini, hingga berhasil mengundang para pendidik dari sekolah manusia untuk studi banding kesini? Ternyata sekolah ini diupayakan menjadi tempat yang senyaman mungkin untuk para monyet. Khuru Samporn menjelaskan bahwa para monyet ini akan bisa menyerap ilmu pelajaran dengan baik, apabila dia benar-benar merasa nyaman dan menganggap bahwa sekolah adalah tempat favoritnya. Maka dari itu kondisi sekolahnya dibuat sedemikian mirip dengan tempat habitat alami para monyet itu dulu berada.

Proses penerimaan siswa sekolah Khuru Samporn pun cukup menarik. Mereka tidak pernah membeda-bedakan calon siswa, mulai dari yang jinak, liar, setengah liar atau amat sangat liar. Semua calon siswa diterima tanpa pandang bulu dan tanpa test masuk. Asalkan usianya sudah mencukupi mereka pasti diterima. Karena bila usianya yang kurang dari 2 tahun, maka monyet tersebut artinya masih harus hidup dengan ibunya untuk mendapatkan kasih sayang sebagai anak-anak. Lagipula usia segitu belum layak untuk dipaksa menjadi pekerja perkebunan. Bukan main, betapa arif dan bijaksananya pengelola sekolah ini.

Mendidik itu identik dengan memperlakukan dengan penuh kasih sayang. Untuk itu Khuru Samporn selalu menekankan tidak boleh menggunakan kekerasan dalam bentuk dan alasan apapun. Baik berupa pukulan atau hukuman kepada para monyet. Melainkan lebih menekankan melalui pendekatan dengan penuh kasih sayang sebagaimana layaknya orang tua pada anaknya. Khuru Samporn melakukan pendekatan ini mulai sejak monyet tersebut berperilaku sangat liar hingga saat lulus nanti. Dan sampai perilakunya akan menjadi sangat jinak dan kooperatif dengan metode yang penuh kelembutan. Mulai dari memberi makan, mengajak main, membelai dan sebagainya.

Waktu memulai sekolah bagi monyet pun sangat fleksibel. Karena setiap monyet yang ingin bersekolah dapat masuk kapan saja sepanjang tahun asalkan usianya sudah mencukupi. Dan karenanya disana tidak ada yang namanya tahun ajaran monyet.

Mendidik monyet pun harus mengetahui gaya dan kecepatan belajar mereka. Maka mendidik merekapun harus berdasarkan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing, yang ternyata berbeda-beda satu dengan lainnya, seperti dijelaskan oleh Khuru Samporn.

Untuk itu Khuru Samporn tahu betul bagaimana cara dia mendidik siswanya agar pendidikannya berhasil. Maka setiap siswa dididik untuk berhasil menguasai keahlian-keahlian dasar, menengah dan tinggi. Tanpa pernah ada satu siswapun yang gagal. Jadi saat mereka lulus, masing-masing monyet telah memiliki keahlian yang lebih kurang sama, antara satu monyet dengan lainnya.

Khuru Samporn sangat bertanggung jawab penuh untuk memperbaiki perilaku monyet. Termasuk misalnya ada monyet yang kecanduan rokok akibat kebiasaan orang membuang puntung sembarangan, lantas dipungut dan dihisap oleh monyet itu. Khuru Samporn dengan sabar melakukan terapi penyembuhan bagi sang monyet hingga ia benar-benar berhenti dari kecanduannya. Hebatnya lagi Khuru Samporn belum pernah mengeluarkan siswanya yang mempunyai masalah dalam berperilaku ataupun dengan alasan ketidakmampuan belajar. Khuru Samporn senantiasa bertanggung jawab terhadap setiap muridnya walau dalam keterbatasan yang mereka miliki.
Sistem pendidikan yang diterapkan di dalam sekolah ini menggunakan proses belajar mengajar dengan melakukan leaning by experience. Yaitu memulai belajar itu dari proses yang mudah lebih dahulu, baru setelah itu menuju yang semakin sulit. Karena itu guru di sini adalah sahabat bagi siswa. Maka seluruh proses pembelajaran haruslah terasa menyenangkan serta memperlakukan siswa sesuai kebutuhan dan kemampuannya masing-masing.Yang paling melegakan hati dan mengagumkan adalah bahwa akademi ini tidak menerapkan ujian akhir bagi kelulusan para siswanya. Karena tidak melakukan ujian kelulusan maka di sana juga tidak pernah mengeluarkan ijasah atau gelar bagi para lulusannya. Dan sebagai gantinya adalah menggaransi setiap siswa lulusannya pasti akan dapat melakukan pekerjaanya dengan sangat mahir sesuai tingkatan pendidikan yang diikutinya. Dan apabila ternyata ada siswa yang dianggap kurang memuaskan, maka siswa tersebut berhak untuk mendapatkan pendidikan ulang tanpa dipungut biaya tambahan. Benar-benar memberikan bukti bukan janji.
Namun ternyata hingga saat ini para pemilik monyet yang menyekolahkan monyetnya di Samporn Monkey Training College merasa sangat puas dan belum pernah ada komplain terhadap hasil kerja para monyet lulusan akademi ini. Tampaknya semakin hari sekolah ini semakin terkenal dan dipenuhi oleh para siswa dari berbagai pelosok daerah di Thailand karena keberhasilannya mencetak lulusan-lulusan unggul dan berkualitas bagi para pemilik perkebunan. Ini nampak jelas pada wajah lulusannya yang bahagia dan berseri-seri yang tergambar dalam foto acara wisuda mereka di atas.Sekolah ini juga telah diakui oleh para praktisi pendidikan dan organisasi-organisasi pendidikan dunia. Hal ini dibuktikan dengan seringnya badan-badan dunia seperti UNESCO, UNICEF, ONEC berkunjung ke sana untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran moral dan wacana membuka wawasan untuk dapat membangun konsep pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak manusia.
Maka ada baiknya apabila kita kebetulan sempat berkunjung ke Thailand mungkin bisa mampir ke Samporn Monkey Training College untuk dapat melihat langsung barang sejenak agar nantinya dapat berbagi cerita kepada para guru ditempat anak-anak kita bersekolah atau pada siapapun yang peduli akan nasib pendidikan bangsa ini. Akhirnya mudah-mudahan kita senantiasa memperhatikan peringatan Allah swt di bawah ini:
“Dan hendaklah kalian takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaknya mereka mengucapkan perkataan yang benar,” (QS, An Nissa:9)

TRAGEDI SEKOLAH BINATANG
Suatu ketika, bangsa Binatang sakit hati karena dilecehkan bangsa Manusia. Hal ini dilaporkan oleh anjing, burung, dan kucing, dimana sebagai peliharaan tiap hari mereka mendengar umpatan, makian, dan sumpah serapah yang menggunakan nama binatang dengan kandungan emosi paling buruk.
Untuk membuktikan sebaliknya, bangsa Binatang pun bertekad meningkatkan peradaban mereka.

Komite sekolah pun dibentuk dimana setiap suku hewan diwakili oleh seekor tetua yang dianggap paling arif di komunitasnya.
Pada hari mereka sedang membahas kurikulum suku Burung mengusulkan pelajaran terbang harus ada. Suku Kelelawar menghendaki adanya pelajaran teknik tidur dengan kepala di bawah. Sedangkan suku Cicak menekankan perlunya pelajaran merayap di langit-langit.

Begitulah, dalam kurikulum sekolah binatang itu, terdapat berbagai mata pelajaran yang sangat menarik seperti berkicau, berkotek, berenang, mendesis, mematuk, menerkam, melenguh, mengaum, menyelam, dan melompat. Semua ini digolongkan dalam kelompok pelajaran dasar.

Di tingkat menengah, terdapat berbagai pelajaran yang lebih canggih seperti teknik pura-pura mati, kiat berganti kulit, menukik tanpa bunyi, dan membelit musuh tanpa gejolak.

Sedangkan pelajaran di tingkat lanjut mencakup ilmu-ilmu yang lebih hebat seperti pedoman metamorfosa, teknik mengobati diri sendiri, jurus kawin sambil terbang, dan rahasia bernafas dalam lumpur.

Juga diputuskan, jika putra-putri hewan itu tamat, setiap lulusan tingkat dasar akan mendapat gelar Pr (singkatan dari prigel), alumni tingkat menengah diberi gelar Tr (singkatan dari trengginas), dan jebolan tingkat lanjut berhak memakai gelar Pw (singkatan dari piawai).

Mereka berharap nama binatang sekolahan akan lebih bergengsi, misalnya Bebek Peking Pr, Ular Beludak Tr, atau Tupai Pedidit Pw. Pokoknya, mereka tak mau kalah dengan bangsa Manusia yang sangat bangga dengan gelar-gelar sekolah seperti BA, MA, atau PhD. Dan seperti manusia, mereka juga percaya bahwa bergelar berarti sukses. Binatang ingin setara dengan manusia dan dihargai penuh martabat.

***

Tetapi sesudah meluluskan 10 angkatan, sekolah binatang akhirnya dibubarkan. Intinya, sekolah binatang dinilai gagal total. Gelar-gelar yang sempat diberikan pun dicabut. Gelar Prigel, Trengginas, dan Piawai dianggap hanya gombal.

Apa gerangan sebabnya? Binatang tidak sanggup mengevaluasi lebih lanjut. Pokoknya, sekolah dibubarkan karena hasilnya jelek. Begitu saja.

Namun, karena bangsa Manusia suka meneliti maka diturunkanlah sebuah tim pencari fakta. Tim inilah yang akhirnya berhasil menemukan sebab kegagalan itu.

Kesimpulan terpenting: sekolah binatang itu gagal karena pada semua mata pelajaran, setiap murid mendapat nilai minimum C. Ini diperoleh sesudah menganalisa sejumlah fakta yang aneh. Ditemukan misalnya, dalam pelajaran berenang pun ikan hanya mendapat C. Dalam pelajaran terbang burung juga cuma dinilai C. Demikian pula nilai rusa dalam pelajaran berlari dihargai dengan C saja. Pokoknya setiap binatang cuma mendapat C dalam kompetensi alamiah masing-masing. Yang paling aneh, meskipun nilai mereka C di rapor, ketika diuji secara aktual, kompetensi itu hanya pantas mendapat F, alias tidak kompeten sama sekali.

Bagaimana mungkin sekolah merusak kompetensi alamiah anak-anak binatang itu?

Rupanya, saat praktikum berenang sayap burung rusak parah, sehingga saat dipakai dalam praktikum terbang, sayap itu tak berguna lagi. Namun burung mendapat C juga dalam terbang maupun berenang karena ia tak pernah absen dan suka menolong teman.

Ketika praktik bernafas dalam lumpur sayap kelelawar berpatahan, sehingga saat ia harus terbang malam arahnya jadi ngawur dan menabrak pohon. Namun kelelawar mendapat C dalam keduanya karena ia selalu bersikap sungguh-sungguh dan hormat pada guru.

Pokoknya, semua anak binatang cuma mendapat C dalam setiap mata pelajaran bukan karena kompetensinya tetapi karena soal-soal di luarnya. Fakta di balik rapor dan ijazah, semua lulusan sekolah binatang ternyata tidak kompeten. Mereka seharusnya diberi nilai E dan F saja. Salah satu buktinya, ketika lowongan kerja penerbang dibuka, dari 10.000 burung yang melamar yang diterima cuma 12 ekor saja. Sesudah diterima pun, statusnya cuma pegawai honorer dengan gaji ala kadarnya untuk sekadar hidup dari bulan ke bulan.

Inilah ironi sekolah binatang sehingga akhirnya dibubarkan.

Sumber: http://8etos.com/1999/02/21/tragedi-sekolah-binatang/

SIASAT KELELAWAR
Integritas merupakan kekayaan yang bisa dipakai untuk mengatasi kesulitan hidup ini.
PERANG MELETUS di planet ini! Bukan perang Baratayuda! Bukan pula perang Teluk! Perang itu terjadi antara bangsa burung melawan bangsa binatang buas. Saat pertempuran fajar hari itu, burung-burung nyaris kalah. Lalu kelelawar melihat gelagat bahwa mereka akan kalah total. Ia menjauh dan bersembunyi di balik pohon, dan berdiam diri hingga pertempuran itu berakhir.
Lalu binatang-binatang buas meninggalkan medan pertempuran, dan kelelawar ikut bergabung bersama mereka! Setelah beberapa saat para binatang buas itu saling bertanya, “Lho, bukankah kelelawar itu termasuk burung yang bertempur melawan kita?”

Percakapan itu didengar kelelawar, ia pun berkata, “Oh, tidak. Aku termasuk bangsa kalian. Aku bukan bangsa burung. Apa kalian pernah melihat burung bergigi ganda? Kalian bisa periksa mulut burung-burung itu, pasti tidak ada yang bergigi ganda. Kalau kalian bisa menemukan seekor burung saja yang bergigi ganda, maka aku boleh kalian tuduh sebagai burung. Tapi, kalau tidak, itu artinya aku adalah sebangsa dengan kalian, binatang buas!”

Binatang-binatang buas terdiam. Dibiarkanlah kelelawar hidup di perkampungan mereka. Perang sempat jeda, sampai akhirnya tiba-tiba bangsa burung menyerbu perkampungan binatang buas. Binatang-binatang buas itu kalang kabut. Pertempuran itu berlangsung tak lama. Kelelawar hanya menyaksikan pertempuran itu dari balik ranting-ranting pohon. Berakhirlah perang itu dengan kemenangan bangsa burung! Dan, kelelawar ikut pulang ke perkampungan bangsa burung. Saat para burung melihatnya, mereka menegur kelelawar, “Hai, kamu itu musuh kami. Kami melihat engkau bersama binatang buas itu dan ikut melawan kami!”

“Tidak, kalian salah lihat!” kelelawar mengelak. “Aku ini bangsa kalian. Apa kalian buta dengan mengatakan aku sebagai binatang buas? Apakah kalian pernah melihat seekor binatang buas memiliki sayap? Temukan seekor yang bersayap, baru kalian bisa tuduh aku si binatang buas!” gertak kelelawar. Burung-burung tak lagi berkicau, mereka diam dan membiarkan kelelawar membuat sarangnya berdampingan dengan mereka.

Tak ada perang yang tak berakhir! Pepatah itu ternyata berlaku untuk kedua bangsa binatang itu. Mereka berdamai dan sepakat mendirikan Persatuan Bangsa Binatang. Dalam sidang perdana PBB itu, mereka gunakan untuk membahas kelelawar. Setelah sekian banyak prajurit memberikan kesaksian, maka pimpinan sidang PBB berkesimpulan: “Jadi, kelelawar itu selalu berpindah-pindah pihak selama peperangan berlangsung? Siasat kelelawar itu benar-benar menunjukkan bahwa dia itu cacat moral, tercela sebagai binatang. Kelelawar tidak memiliki integritas!”

Sidang PBB pun menjatuhkan vonis kepada kelelawar, “Hai, kelelawar, kami akan kenakan sanksi embargo kepadamu! Mulai sekarang kamu hanya boleh terbang pada malam hari. Kamu tidak akan pernah mempunyai teman, baik mereka yang terbang maupun yang berjalan!”

Kelelawar pun tertunduk lesu meratapi nasibnya. Ia tidak pernah menyadari bahwa integritas itu merupakan kekayaan yang bisa dipakai untuk mengatasi kesulitan hidup ini.

Sumber: http://8etos.com/2006/06/16/siasat-kelelawar/

TIKUS DIKEJAR KUCING
DULU, saat marak-maraknya demo mahasiswa, ada anekdot begini: mahasiswa takut pada dosen, dosen takut pada rektor, rektor takut pada menteri, menteri takut pada presiden, dan presiden takut pada mahasiswa.
Anekdot ketakutan dalam siklus tertutup ini saya duga merupakan modifikasi dari anekdot lain yang lebih dahulu populer sebagai berikut: ada tikus terbirit-birit dikejar kucing, si kucing terbirit-birit dikejar anjing, si anjing terbirit-birit dikejar orang Batak, si orang Batak terbirit-birit dikejar seorang perempuan (isterinya), dan si perempuan terbirit-birit dikejar tikus.
Dalam anekdot antarsuku di Indonesia, memang orang Batak termasuk paling sering muncul sebagai korban, antara lain saya kira karena tipologi orang Batak itu sendiri yang lumayan kontroversial di mata orang non-Batak seperti kasar, keras, agresif, berlogat khas, dsb. Maka anekdot yang menyerang orang Batak dapat difahami sebagai sebuah upaya elegen dari fihak non-Batak untuk menyampaikan sebuah feedback. Di fihak lain, anekdot begini bagi saya sebenarnya merupakan sebuah tanda kedewasaan kultural dimana masyarakat sudah mampu mentertawakan (kelemahan) dirinya, sukunya dan bangsanya.

Tetapi di samping tujuan ini, anekdot seperti di atas sebenarnya juga menggambarkan bahwa setiap manusia memiliki sisi lemah dalam dirinya relatif terhadap sesuatu yang lain. Dan ketika sang manusia berhadapan dengan kondisi tersebut umumnya dia tidak bisa berkutik. Dalam suasana yang tidak kondusif itu manusia umumnya cuma bisa menggerutu dan mengumpat diam-diam. Jadi selain menciptakan humor dan tawa, kelemahan juga menciptakan ketakutan dan sungut-sungut.

Sudah tentu bahwa kelemahan tidak cukup diselesaikan dengan humor dan tawa apalagi sungut-sungut dan hujat. Malah menurut saya keduanya sebenarnya hanya berfungsi sebagai teknik perumusan masalah secara gamblang, tajam dan elegan. Dengan kata lain, kelemahan dan atau kondisi negatif yang dipresentasikan sebagai masalah serta dipaket sebagai humor seharusnya mengundang pikiran kreatif untuk menyelesaikannya pada tingkat esensial.

Tikus-Tikus Korporat
Pada tingkat korporat, dari pengalaman dan observasi saya, terdapat banyak sekali “tikus” (kondisi negatif) yang membuat “perempuan” (karyawan) terjebak dalam sungut-sungut, gerutu dan berbagai hujatan besar maupun kecil. Untuk para eksekutif dan khususnya para pejabat di Divisi SDM, hal-hal ini seyogianya mengundang mereka untuk menyelesaikannya. Soalnya, jika masalah ini dibiarkan atau didiamkan maka sinisme, apatisme, dan demotivasi akan menguat di antara para karyawan.

Di tengah jargon korporat untuk membangun quality excellence, world class organization, global competitiveness, hi tech hi touch, dan sebagainya yang ramai didengungkan dewasa ini, maka “tikus-tikus” dimaksud menjadi virus ganas yang mematikan roh SDM unggul yang diharapkan menjadi basis bagi terciptanya kondisi-kondisi ideal tadi.

Tetapi sebelum mencari solusinya lebih dahulu kita berkenalan dengan “tikus-tikus” dimaksud. Dan dalam kesempatan ini saya hanya menampilkan “tikus-tikus” besarnya saja:

1. Atasan Pilih Kasih. Pilih kasih berarti menjadikan seseorang anak emas tanpa rasionalitas. Tapi sebenarnya, orang yang tidak terpilih menjadi anak emas pada saat yang sama dijadikan anak loyang. Maka kelompok loyang ini, jika tidak memberontak, akan tampil sebagai manusia tanpa greget untuk berbuat hal-hal yang menuju excellence. Bagi mereka bekerja hanyalah demi bertahan. Hidup adalah kerakap di batu.

2. Bila Salah Dikritik Bila Benar Tak Ada Pujian. Ini adalah bentuk lain ketidakadilan. Orang yang mengalaminya merasa terluka perasaannya dan sedih hatinya.

3. Hak-Hak Dicabut Tanpa Alasan. Hak-hak karyawan jika ditiadakan tanpa alasan yang kuat terasa sangat menyakitkan. Jika dipaksakan akan menimbulkan perlawanan. Dan jika tidak sanggup dilawan, akan dibalas dengan hati tawar dan pahit. Padahal di fihak lain, orang sebenarnya bersedia menderita bersama asal mereka faham dalam rangka apa mereka menderita. Jadi persoalannya bukan pada penderitaan itu sendiri, tetapi pada why should I suffer?

4. Informasi Disembunyikan (Tidak Transparan). Kenyataan seperti ini berarti ada fihak yang tidak dipercayai. Dan jika orang merasa tidak dipercayai, timbulah dugaan logis bahwa ada kejahatan yang sedang berlangsung diam-diam. Juga perasaan bahwa dirinya disepelekan. Perasaan seperti ini membuat orang kehilangan semangat dan antusiasme.

5. Keahlian Tidak Digunakan. Secara umum orang merasa senang jika dirinya berguna. Jadi jika orang merasa keahliannya tidak dimanfaatkan oleh organisasi, dia merasa dirinya kurang dihargai, dianggap tidak berguna. Hasilnya, demotivasi.

6. Kemampuan Tidak Dikembangkan. Ibarat mesin, orang merasa dirinya dipakai terus sampai soak tanpa servis atau tune-up. Karyawan merasa dirinya dieksploitasi tanpa apresiasi dan pengembangan. Mereka merasa “habis manis sepah bakal dibuang”. Maka biasanya orang begini sangat pelit pada perusahaan. Pokoknya bekerja dari jam 8 hingga 5 sore, habis perkara. Sumbangan pikiran dan lain-lain, maaf, tidak bersedia digratisin.

7. Ketidakjelasan. Tiadanya visi dan misi organisasi yang genuine dan powerful, membuat organisasi tidak punya arah yang jelas. Ketidakjelasan ini membuat hilangnya sense of excitement dan sense of purpose. Akibat lainnya, orang bekerja seadanya, secukupnya, atau alakadarnya saja.

8. Kiri Kanan Atas Bawah Munafik Semua. Munafik adalah untrue to oneself. Padahal organisasi adalah “kita sebagai kesatuan”. Jadi jika ada kemunafikan sebenarnya kita sedang saling membohongi. Dan kita tahu bahwa kita saling membohongi. Maka tidak akan tercipta teamwork apalagi sinergi. Dalam iklim kemunafikan, jika tidak terpengaruh dan larut, orang akan melakukan dekomitmen terhadap organisasinya.

9. Masa Depan Karir Tidak Jelas. Banyak karyawan merasa bahwa masa depan mereka tidak jelas. Perusahaan mau kemanapun juga tidak jelas. Jadi no hope for the future. Maka mereka kehilangan roh transformasi seperti kata Teilhard de Chardin: The greatest force for the advancement of human species is a common hope held together. Jadi tanpa harapan yang kuat tidak akan ada excellence.

10. Pekerjaan yang Monoton. Banyak karyawan merasa pekerjaannya monoton dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun. Malah ada orang merasa sudah terkotakkan. Dalam kondisi demikian orang hanya akan bekerja sebagai upaya bertahan saja sekadar demi gaji bulanan dan status non pengangguran. No variety, no hope, no future. Sudah pasti no motivation for excellence.

11. Penyakit KKN. Praktik-praktik KKN yang telah menjadi rahasia umum dalam organisasi membuat warga organisasi tidak termotivasi untuk bekerja melampaui mediokritas, terutama jika mereka tidak termasuk dalam grup yang diuntungkan oleh KKN tersebut. Bukan cuma itu, KKN sebenarnya adalah antitesis dari upaya excellence apapun.

12. Penyakit Sikut Menyikut. Jika dalam organisasi yang berlaku adalah nilai-nilai rimba, maka orang yang tidak berbakat atau tidak bersedia menjadi “ular dan serigala” segera akan keluar. Jika bertahan maka ia akan terpinggirkan atau menjadi pecundang. Jelas cita-cita menjadi world class company pun cuma sebuah slogan kosong.

13. Peraturan yang Irasional. Peraturan selalu dibuat oleh para pimpinan. Namun seringkali peraturan (yang diberlakukan secara umum) dibuat sebagai reaksi atas sebuah kasus khusus. Akibatnya peraturan ini terasa irasional dalam situasi yang berbeda dengan kasus pemicunya. Lanjutannya, orang jadi marah, kesal, dan malas.

14. Perubahan Tanpa Tujuan yang Jelas. Adagium “tak ada yang konstan kecuali perubahan itu sendiri” disalahmengerti menjadi “perubahan demi perubahan”. Padahal di tengah perubahan orang butuh kepastian arah, kepastian nilai-nilai, dan kepastian makna. Tanpa itu maka segala sesuatu menjadi chaos, absurd, dan meaningless.

15. Pimpinan Tidak Jujur. Bawahan yang tahu bahwa pimpinannya tidak jujur (entah dalam soal keuangan atau yang lainnya) sebenarnya menghilangkan trust level dalam tata hubungan mereka. Padahal di mana tidak ada rasa saling percaya, tidak mungkin ada komitmen. Dan tanpa komitmen besar tidak ada prestasi besar bisa dicapai.

16. Rapat-Rapat Tidak Ada Tindak Lanjutnya. Dalam rapat-rapat para eksekutif suka cerita besar, ngomong angin surga, mau bikin ini mau bikin itu. Habis rapat things as usual. Lama-lama orang jadi sinis. Datang ke rapat pun malas. Ngapain? Buang waktu! Apalagi rapatnya tanpa honor dan konsumsi. Males ah!

17. Saya Harus Disiplin Tapi Atasan Tidak. Secara moral atasan adalah teladan. Artinya hanya jika orang sudah melakukan apa yang diperintahkannya maka ia qualified memerintah. Atasan yang meminta bawahan berdisiplin tanpa ia sendiri berdisiplin (di mata anakbuahnya!!!) akan menjadi bahan tertawaan. Secara moral dia tidak berhak meminta apapun yang tidak dia lakukan lebih dahulu.

18. Sedikit-Sedikit Kena Marah. Orang yang dimarahi tanpa alasan yang masuk akal, apalagi marah cuma sebagai kegemaran atasan, merusak harga diri dan citra diri bawahan. Ketersinggungan yang diakibatkannya dapat berubah menjadi dendam, kebencian, dan keinginan untuk merusak. Jadi boro-boro excellence.

19. Sistem Tidak Adil. Ketidakadilan dalam segala bentuk, entah sistem penggajian atau pemanfaatan fasiltas, pasti mengundang repons negatif. Jika ketidakadilan tidak bisa dilawan secara frontal, maka orang melawannya diam-diam dalam berbagai bentuk seperti mangkir dengan alasan dibuat-buat, kinerja asal jadi, perlawanan simbolik, dan lain-lain.

20. Usul Tidak Diperhatikan. Usul-usul yang tidak diperhatikan menimbulkan kekecewaan. Lama-lama orang merasa tidak ada gunanya mengajukan usul. Padahal jika no participation, pasti no sense of ownership, demikian pula no commitment.

Semoga di rumah kerja Anda, tidak terdapat banyak tikus.

Sumber: http://8etos.com/2007/03/12/tikus-dikejar-kucing/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar